Translate

Senin, 30 Mei 2016

Museum Purbakala Taman Wisata Prambanan

Museum Purbakala Taman Wisata Prambanan
Alamat : Jl Raya Yogya – Solo Km 16, Prambanan, Sleman, Yogyakarta


Deskripsi :
Keberadaan Museum Purbakala Taman Wisata Prambanan ini tak lepas dengan Candi Prambanan sendiri, karena letaknya yang masih satu komplek dengan Candi Prambanan. Koleksi museum ini terdiri dari temuan Situs Wanabaya dan Prambanan serta candi disekitarnya.
Koleksi museum ini berupa :
• Benda perhiasan emas dari berbagai bentuk,
• Artefak
• Arca
• Fragmen gerabah
• Foto-foto tentang pemugaran candi prambanan.
FASILITAS
1. Museum Purbakala Taman Wisata Prambanan buka hari Selasa – Minggu
jam 08.00 s/d 16.00
2. Tidak dipungut biaya masuk (sudah termasuk tiket masuk ke Candi
Prambanan)
3. Toilet (kondisi sedang)
4. Pusat Informasi (kondisi sedang)
5. Ketersediaan listrik, air dan line telepon.
6. Ruang pamer koleksi:
7. Parkir : Kondisi baik
8. Keamanan (kondusif)

Museum Geospasial Gumuk Pasir


Museum Geospasial Gumuk Pasir
Alamat : Depok, Parangtritis


Museum Geospasial ini merupakan aset dunia karena wisatawan yang datang ke sini akan menemukan fenomena alam langka, salah satunya Gumuk Pasir Barchas yang hanya ada di Indonesia (Pantai Depok) dan Mexico. Museum Geospasial ini berdiri atas kerjasama dan dukungan internasional khususnya perjanjian Rio de Jainero tentang perbaikan iklim dan lingkungan pesisir pantai.
Museum Geospasial ini berbentuk kerucut dan terbagi dalam beberapa bagian. Antara lain ruang pamer, ruang mini teater pusat teropong udara. Menyaksikan pemandangan pantai selatan dari tempat ini akan menemukan sesuatu yang indah dan sangat langka
Tempat ini berada tidak jauh dari Pantai Depok Parangtritis. Dari Jogjakarta sekitar 25 kilometer. Bisa ditempuh dengan roda empat maupun dua.

Museum wayang

Museum Wayang
Alamat : JL. Raya Yogya – Wonosari Km.7 No. 277

Inspirasi pendirian Museum Kekayon didapatkan oleh pendiri museum, Prof.DR.Dr.KRT Soejono Prawirohadikusumo, DAS. DAJ., di Rijksmuseum Amsterdam pada tahun 1966 – 1967 (ketika itu beliau sedang menyelesaikan pendidikan S2 Social Psychiatrie di Groningen Nederland. Waktu itu beliau mendapat dorongan yang sangat besar karena pernyataan salah seorang Direktur museum di Amsterdam, bahwa di Yogyakarta tidak ada Museum Wayang. Beliau juga mendapatkan pengetahuan bahwa mendirikan museum pribadi bukan persoalan kaya atau berduit, tapi persoalan motivasi, ketekunan dan kesabaran.

Contoh yang konkret adalah keberhasilan ‘Een gewone Hollandsche ambtenaar’ di Purworejo yang dengan ketekunan luar biasa, bisa mempunyai koleksi yang sangat besar dan berharga (yang pada akhirnya dihadiahkan kepada Museum Nasional Indonesia di Jakarta), setelah puluhan tahun mengumpulkan koleksi tersebut dari sisa salari-nya (dia bukan seorang milyuner). Yang membuat dia berhasil adalah ketekunan, kesabaran, motivasi dan panjangnya tahun (selama ini bagi dia, tidak ada hari tanpa menambah koleksi).
Sama halnya dengan Museum Wayang di Jakarta, museum ini mempunyai beberapa jenis wayang, seperti:
• Wayang Purwa
• Wayang Madya (Menceritakan Era Pasca Perang Baratayuda)
• Wayang Thengul
• Wayang Klithik (Mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo)
• Wayang Beber
• Wayang Gedhog (Cerita Dewi Candrakirana)
• Wayang Suluh (Mengenai Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia)
• Dan lain-lain.
Berkaitan dengan wayang Purwa, museum ini memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam perang Bharatayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi Gajah.

Museum yang didirikan pada tahun 1990 ini selain memiliki koleksi berbagai wayang dan topeng serta menampilkan sejarah wayang yang diperkenalkan mulai dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam museum ini terbuat baik dari kulit, kayu, kain, maupun kertas.

FASILITAS
1. Loket Tiket Masuk:
Selasa – Minggu, jam 08.00 – 15.00 WIB, dengan tiket masuk sebesar
Rp. 5.000,- (wisman/turis); Rp. 3.000,- (umum) dan Rp. 2.000,-
(mahasiswa/pelajar/anak). Untuk rombongan dalam jumlah besar bisa
mendapatkan potongan harga hingga 20%.
2. Toilet (kondisi sedang)
3. Pusat Informasi (kondisi sedang)
4. Ketersediaan listrik, air dan line telepon.
5. Ruang pamer koleksi
6. Parkir : Kondisi baik
7. Keamanan (kondusif)


Deskripsi :

Jeron Beteng

Jeron Beteng Heritage Trail
Alamat : Dalem Kaneman, Kraton Yogyakarta
Deskripsi :
Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Wisata sebenarnya masih banyak menyimpan berbagai pesona yang belum seluruhnya tergali. Di antaranya adalah wilayah Jeron Beteng (wilayah di dalam kungkungan benteng Kraton Yogya). Selama ini yang dikenal sebagai aset wisata wilayah Jeron Beteng adalah komplek Istana Kraton Yogyakarta, Tamansari, dan Museum Sonobudaya dan Museum Kereta. Padahal di Jeron Beteng itu banyak tempat-tempat bersejarah dan situs budaya yang jelas memiliki pesona yang menarik.
Untuk menyusuri tempat-tempat bersejarah dan situs budaya di kawasan Jeron Beteng, wisatawan dapat mengunakan andong ataupun becak. Wisatawan diberikan peta. Pada peta panduan, wisatawan bisa mendapatkan penjelasan yang lengkap. Sebagai contoh pada halaman pertama dijelaskan soal apa itu Jeron Beteng (Dalam Benteng), yaitu merupakan kawasan bagian dalam benteng yang mengelilingi Keraton Yogyakarta. Benteng tersebut disebut Benteng Baluwerti, berasal dari kata ba artinya jatuh, lu dari punglu atau mimis atau timah panas anak peluru, wreti artinya hujan, jadi secara keseluruhan mempunyai makna jatuhnya peluru seperti hujan. Oleh karena itu dari pengertian itu maka makna pendirian benteng adalah untuk mengantisipasi serangan musuh dari luar benteng.
Beteng Baluwerti antara lain terdiri empat buah pojok beteng dan lima buah plengkung sebagai pintu masuk ke dalam wilayah Jeron Beteng, Alun-alun Utara dan Selatan serta Regol Pangurakan. Sementara itu pusaka budaya yang ada di Jeron Beteng adalah beberapa masjid, beberapa dalem (rumah bangsawan), berbagai rumah tradisional, museum kereta, Museum Sonobudoyo, Museum Gamelan, Pasar Ngasem, kandang gajah dan bengkel wayang.
Setelah selesai mengeilingi kawasan Jeron Beteng, wisatawan dapat menikmati makanan khas daerah Yogya seperti clorot, apem, semar mendem, hawuk-hawuk, lemper, gebleg dari Kulonprogo, yangko dari Kotagede. Makanan tradisional itu umumnya terbuat dari ketela, ketan dan buah-buahan.
Fasilitas :
1. Harga Paket
Harga paket yang ditawarkan pengelola cukup fleksibel.
2. Pusat Informasi
• Kondisi baik
• Kontak Person Dr. Ir. Laretna T Adishakti (Bu Sita)
3. Home Stay
Wisatawan dapat menginap di hotel-hotel yang berada di kawasan Keraton Yogyakarta
4. Keamanan (kondusif)
Aktifitas :
1. Wisata belanja
2. Wisata kuliner
3. Membatik
4. Macapat

Sabtu, 28 Mei 2016

Museum sandi

Museum SandiDeskripsi :
Prakarsa pembangunan Museum Sandi berawal dari gagasan Bapak Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang berkeinginan untuk menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta. Keinginan tersebut disampaikan pada saat beliau menerima kunjungan Widyakarya Mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) pada bulan Maret 2006 lalu. Oleh kepala Lembaga Sandi Negara. Mayjen TNI Nachrowi Ramli gagasan tersebut disambut baik dan segera ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah tim yang disebut Tim Museum Sandi.
Tim Museum Sandi mulai melaksanakan tugasnya yang sejak pertengahan tahun 2006. beriringan dengan rencana pembangunan Monumen Sandi di Dukuh Kulonprogo Yogyakarta. Akan tetapi, kegiatan pembangunan Museum Sandi sempat mengalami kendala yang disebabkan oleh musibah gempa bumi yang melanda Propinsi DIYpada bulan Mei 2007.
Gempa tersebut telah mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup berat pada Museum Perjuangan Yogyakarta. Akhirnya berkat komitmen dan dukungan dari berbagai pihak. Museum perjuangan dapat direnovasi kembali. Puncaknya pada tanggal 29 Juli 2008, Museum Sandi diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Gubernur DIY, dan kepala Lembaga Sandi Negara.
Museum Sandi merupakan museum yang khusus menampilkan berbagai jenis koleksi mengenai sejarah persandian. Posisinya terletak di lantai dasar Museum perjuangan Yogyakarta. Adapun tata ruang Museum Sandi berbentuk lingkaran, dengan diameter berukuran 30 m dan tinggi 17 m.
FASILITAS
1. Loket Tiket Masuk (kondisi sedang)
• Harga tiket masuk :
• Anak-anak Rp. 500,-
• Dewasa Rp. 750,-
• Wisatawan asing Rp. 750,-
• Rombongan lebih dari 30 orang,
Rp. 500,- per orang. (diskon untuk
rombongan Rp. 250,-
2. Toilet (kondisi sedang)
• Jumlah toilet pria 8 buah
• Jumlah toilet wanita 8 buah
3.Pusat Informasi (kondisi sedang)
• Waktu layanan:
• Hari buka setiap hari Senin sampai
dengan Kamis mulai dari pukul
08.30 – 15.00 WIB, Jum’at Pukul
08.30 – 11.30 WIB (Sabtu, Minggu
dan hari besar libur).
4. Ketersediaan listrik, air dan line telepon.
• Untuk listrik tersedia 20.000 Watt,
untuk air hanya dari sumur, dan
untuk line telepon ada tiga belas
extention.
5. Ruang pamer koleksi :
• Display Panel : penjelasan sejarah
perkembangan ilmu persandian, sejarah
persandian Indonesia dan dunia.
• Koleksi Realia ; meja dan kursi dukuh,
mesin atau peralatan sandi dan task ode.
• Koleksi Replika ; sepeda, patung tattoo
dan berbagai alat peragaan sandi.
• Dokumen ; buku kode dan naskah
keputusan presiden.
• Gambar-gambar ; foto pendiri persandian,
foto mantan kepala lembaga sandi Negara,
lukisan peta gerilya petugas sandi pada
masa agresi militer Belanda II, lukisan
dan penegakkan persandian (1946 – 1949).
Dan peta jaringan komunikasi berita pada
masa perang kemerdekaan II.
• Teknologi Multimedia ; media informasi
berbentuk LCD, dan sarana permainan
persandian (cryptogames).
6. Parkir
• Kondisi baik
• Kapasitas (mobil ± 20 buah,
motor ± 100 buah, bus ± 10 buah)
7.Keamanan (kondusif)

Andong dan kusirnya

http://www.telusurindonesia.com/wp-content/uploads/2015/03/naik-andong-di-jogja-3.jpgSebagai simbol pariwisata di Jogja, kusir andong tampaknya benar-benar meresapi falsafah nrimo ing pandum Makaryo ing Nyoto. Meskipun tidak ada batas ukuran tarif penumpang atas dan bawah, perang tarif pernah terjadi antarkusir andong.Waridi, 52, kereta Kusir di Jalan Malioboro andongnya duduk kembali di bangku cadangan. Dia menunggu penumpang di depan Malioboro Mall. Sudah 13 tahun, seorang pria yang dikaruniai cucu selama sebulan terakhir terlihat tenang meskipun sudah sore. demi menawarkan layanan, Waridi rela menunggu penumpang berjam-jam. Meskipun membosankan, itu adalah bentuk usaha yang dilakukan. Oleh karena , tidak semua yang datang ke Malioboro ingin merasakan naik andong. Dari siang hari, kata Wadiri, Penumpang lebih menggunakannya di malam hari. "Jika selama sebagian besar wisatawan ke lokasi lain, tidak Malioboro. Ya kita harus menunggu di sini," kata ayah dari tiga anak laki-laki itu dengan sabar dan tampak rasa bangga di wajahnya. Menurut warga Sewon Bantul, andong telah memberikan kontribusi untuk meramaikan pariwisata di Yogyakarta. Bahkan, lanjutnya, ada muncul kalimat "jika belum naik andong belum ke  Jogja." Layanan andong di Malioboro tidak memiliki standar tertentu yang disepakati oleh sekitar 400-500 Malioro kusir kereta di kawasan dan di luar. Semuanya diserahkan kepada masing-masing anggota sesuai tawar antara kereta kusir dengan pelanggan. jarak pendek, misalnya,  biaya rata-rata antara Rp 40.000 sampai Rp 50.000. Tarif tidak dipatok keras. Masih  tergantung tawar-menawar dengan penumpang.tidak jarang, yang diterima kusir di bawah harga usulan. "Rasa sosial Kusir andong yang tinggi. Kami tidak pernah memaksa penumpang [naik], jika dirasakan kemahalan ya enggak apa apa. Semua kesepakatan berdasarkan perjanjian," ia mengatakan bila tidak ada patokan tarif.. Mereka juga tidak khawatir jika salah satu anggota menetapkan layanan yang tinggi dengan dolar. "Ada masalah yang menarik untuk mahal atau tidak. Oleh karena itu, sifat transaksional antara pengemudi dengan penumpang. Ukurannya adalah layanan atau jasa yang disediakan, "kata Waridi. kondisi, penumpang tidak mendapatkan satu dalam sehari telah menjadi biasa untuk Waridi dan teman-temannya." Kalau tidak bisa sehari, ya itu bahkan dapat menambahkan rasa kesalehan. Rezeki diatur Gusti Allah , bersabar dan introspeksi. Karena, kadang ada sewayah-wayah murah hati imbalan yang datang atau lebih. Hal ini sering terjadi, "sambil berkata pak Waridi juga memperbaiki blangkon yang dipasang di kepalanya. Warna batik blangkon itu terlihat lusuh. Pak Waridi tapi masih tetap dipakai. Bicara blangkon, sebut Waridi, semua sopir harus memakainya. Selain menawarkan khas Jogja, kata dia, juga mengaitkan blangkon dari sejarah. "Ini [penggunaan blangkon] adalah tradisi, jika pengemudi tidak mengenakan dan tertangkap oleh Gusti Yudho [GBPH Yudhaningrat] pasti ditegur. Gusti Yudho adalah sangat merakyat, sering datang tiba-tiba, Jagongan dengan familiar,

Roemah Boedaya Tembi

Roemah Boedaya Tembi

Museum Roemah Boedaya Tembi
Alamat : Jl. Prangtritis Km 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, DIY

Deskripsi :
Keberadaaan museum ini tak bisa dipisahkan dengan Roemah Boedaya TeMBI sebagai laboratorium seni dan budaya yang bertujuan untuk mendinamisasikan kehidupan seni dan budaya di Yogyakarta; mendokumentasikan seni pertunjukan tradisional dan modern; pembuatan film dokumenter, pamutaran dan atau publikasi; pengembangan wacana di tengah multikultural; penelusuran dan penyimpanan data kebudayaan.

Koleksi Di Museum Roemah Boedaya TeMBI yang dapat kita temui diantaranya :
• Foto (yang disertai dengan tulisan keterangan untuk
masing-masing gambar)
• Aneka sesajen pada upacara adat/ tradisional jawa,
ada sajen brokohan, sajen pasang tarub. Lukisan-lukisan
pada tembok museum, ada juga wejangan atau nasihat.
• Aneka topeng wayang, beberapa tokoh wayang kulit
dan wayang golek.
• Peralatan memasak tradisional jawa (anglo,
kipas, kukusan), peralatan makan, peralatan meramu jamu.
• Perkakas pertukangan (pacul /cangkul, arit),
peralatan menangkap ikan tradisional jawa (jaring, bubu)
• Peralatan untuk membatik (canting, kain, cap batik,
kompor kecil dan wajan kecil berisi lilin malam).
• Pakaian tradisional jawa,
• Alat musik tradisional (rebab),
• Aneka jenis celengan.
• Aneka jenis mainan tradisional jawa (egrang,
dakon, bekel, kuda lumping, yoyo, othok-othok)
• Berbagai jenis senjata tradisional/pusaka jawa
(berbagai jenis keris, tombak).
• Koleksi kitab/buku/majalah dengan tulisan huruf jawa.
• Ruang tidur (senthong) yang didesain khas jawa
(lengkap dengan perlengkapannya). Tidak melulu
berbau jawa, di sini juga terdapat koleksi motor
kuno dan organ (alat musik).
FASILITAS
• Tembi buka :
Senin - Jum'at buka dari jam 09.00 - 16.00 WIB
Sabtu - Minggu buka dari jam 09.00 - 15.00 WIB
• Galeri atau Balai Roepa (Satu dan Dua) dan Roemah
Dokumentasi Seni Roepa serta Roemah Dokumentasi
Boedaya.
• Ketersediaan listrik, air dan line telepon
serta Penginapan/ Akomodasi
• Toilet (kondisi baik)
• Mushola
• Perpustakaan
• Tempat parkir
• Galeri
• Warung koperasi dan
• Pendopo beserta seperangkat gamelan.


Museum Puro Pakualaman

Museum Puro Pakualaman


Alamat : Jl. Sultan Agung Yogyakarta
Deskripsi :
Museum yang memiliki luas bangunan 816 m2 dari keseluruhan Puro Pakualaman. Museum ini merupakan museum pribadi milik Puro Pakualaman. Atas persetujuan Sri Paku Alam ke VIII, museum yang ada di bawah naungan Bebadan Museum Puro Paku Alaman ini, pada tahun 1981 mulai berbenah diri. Pemerintah melalui Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta juga memberikan bantuan tenaga konsultan dengan maksud agar museum dapat melaksanakan Inventarisasi dan Katalogisasi benda-benda budaya milik istana Puro Paku Alam yang telah terkumpul di museum tersebut. Museum Puro Paku Alam merupakan museum bercorak khusus yang hanya menggambarkan budaya dan sistem pemerintahan Praja Paku Alaman.
Museum Puro Paku Alaman menempati tiga ruangan di dalam kompleks Puro Paku Alaman di bagian sayap muka sebelah timur. Untuk menuju museum melewati pintu gerbang yang disebut Regol Wiwara Kusuma. Pada bagian atasnya berhiaskan lambang mahkota Praja Paku Alaman, lunglungan tanaman dan angka tahun pembuatannya tanggal 7 Agustus 1884 pada pemerintahan Sri Paku Alam ke V. Di bawah tanggal terdapat tulisan huruf jawa : Wiwara Kusuma Winayang Reka, sebuah semboyan yang berarti Pengayom Keadilan dan Kebijaksanaan.
Koleksi museum Puro Paku Alaman terdiri dari benda-benda bersejarah berupa peralatan perang, peralatan upacara, peralatan masak, kereta-kereta yang pernah digunakan oleh penguasa Puro Paku Alaman, dan naskah-naskah kuno yang ditata di dalam 3 (tiga) ruang pameran tetap.
FASILITAS
1. Loket Tiket Masuk (kondisi sedang)
• Harga tiket masuk sukarela
2. Toilet (kondisi sedang)
• Jumlah toilet 1 buah
3. Pusat Informasi (kondisi sedang)
• Waktu layanan:
• Hari buka setiap hari Minggu, Selasa dan
Kamis mulai dari pukul 09.30 – 13.30 WIB.
4. Ketersediaan listrik, air dan line telepon.
• Untuk listrik tersedia 41300 Watt, untuk
pemakaian air dari sumur dan PDAM, dan
untuk line telepon ada satu extention.
5. Ruang pamer koleksi:
• Ruang pamer 1 menyimpan koleksi foto
dokumentasi, pohon silsilah Nabi Adam
dan keturunannya, denah Puro
Pakualaman
• Ruang pamer 2 menyimpan koleksi senjata,
peralatan dan perlengkapan yang
digunakan semasa kejayaan Puro
Pakualaman, kostum tari, pakaian
prajurit, pakaian permaisuri, pakaian
kusir kereta dan peralatan dapur.
• Ruang pamer 3 menyimpan kereta istana.
6. Parkir
• Kondisi baik
• Kapasitas (mobil ± 50 buah,
motor ± 500 buah, bus ± 10 buah)
7. Keamanan (kondusif)

Jumat, 27 Mei 2016

Sendratari Ramayana

sendratari RamayanaSendratari Ramayana atau yang dikenal dengan Ballet Ramayana adalah seni menggabungkan unsur tari dan drama yang diusung dari cerita Ramayana.
Ballet menceritakan sepotong kehidupan Rama dalam usahanya untuk menyelamatkan Shinta yang diculik oleh Rahwana, raja Alengka.Cerita lama ini diringkas menjadi 4 episode: Penculikan Shinta, Anoman duta untuk ke Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, dan Rama- Shinta reuni.



Perak kotagede

Mengunjungi Jogja kurang lengkap rasanya jika tidak membeli produk seni kerajinan. Salah satu kerajinan seni khas dari Yogyakarta adalah berbagai kerajinan dari bahan perak.
Anda dapat memperoleh berbagai perak di daerah Kota Gede. Kota Gede terletak tidak jauh dari terminal bus Giwangan, lebih tepatnya di sebelah utara terminal bus Giwangan.
Di Kota Gede, Anda dapat membeli berbagai model kalung perak, anting-anting, gelang, cincin, miniatur sepeda, miniatur becak, dan berbagai perak lainnya. bahkan Anda dapat memesan sendiri cincin dengan menulis nama Anda dan pasangan Anda. atau Anda ingin memesan kerajinan lain sesuai dengan desain Anda, itu bisa.

diambil dari  

Pasar Beringharjo

Pasar BeringharjoAdalah pasar tradisional terbesar di Yogyakarta. Di sini Anda dapat membeli berbagai kebutuhan. sayuran, barang bekas, emas, bagian motor, batik dan lain-lain.jika Anda akan membeli batik, Anda hanya membelinya di warung dekat pintu depan atau pasar. Jika Anda akan membeli sayuran, Anda harus melangkah lebih ke dalam atau di belakang pasar. Jika Anda mencari bagian sepeda yang digunakan, Anda harus melihat di utara dari Beringharjo.Jika Anda ingin menjual perhiasan emas, atau bahkan ingin membelinya, di utara pasar ini banyak toko-toko emas sering disebut Chinatown Ketandan. daerah Ketandan, selain toko emas, serta banyak pedagang emas di jalan Ketandan.Beberapa tips tentang belanja di Beringharjo, jangan takut untuk menawarkan barang dengan setengah harga. Biasanya pedagang menawarkan harga dua kali lipat atau lebih dari harga normal. Oleh karena itu, cobalah untuk tawar-menawar di setengah harga, jika tidak diberikan, mencoba untuk berpura-pura meninggalkan pedagang yang mencari pedagang lain yang menawarkan barang sejenis. Semoga tips ini bekerja.

Gua cerme

Gua  CermeAlamat: Srunggo Dusun, Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, YogyakartaDeskripsi:gua adalah salah satu wisata petualangan yang membawa keindahan dunia bawah tanah yang tidak akan pernah temui di permukaan. Lorong-lorong gua dengan berbagai bentuk dan ukuran, benar-benar memberikan sensasi petualangan yang sangat menarik. Panjang keseluruhan dari gua adalah sekitar 1,2 Km dan mengalir di sungai bawah tanah aman buat kegiatan Caving. Goa Cerme terletak kira-kira sekitar 15 km tenggara kota Bantul. Akhir gua adalah gua panggang.selain wilayah utama Sendang ada gua lain yang digunakan untuk tempat meditasi seperti goa dalang, gua ledhek, gua badhut, dan gua Kaum.Untuk mencapai gerbang depan gua, pengunjung harus mendaki bukit sekitar 759 tangga melesati. Pada malam hari pemandangan kota di sebelah utara terlihat indah dengan gemerlap lampu.Gua cerme pernah digunakan oleh Walisongo untuk menyebarkan Islam di Jawa. Selain itu, Cerme gua juga digunakan untuk membahas rencana untuk membangun Masjid Agung Demak. Setiap upah Senin atau Selasa, selalu mengadakan syukuran untuk meminta berkat Allah.gua ini panjang dan dalam. Daya tarik utama wisatawan dari Cerme gua adalah keindahan stalaktit dan stalagmit serta jumlah kelelawar di gua selain aliran air bawah tanah saja. lantai gua dibanjiri oleh air tanah dengan kedalaman air rata-rata sekitar 1 sampai 1,5 meter. gua terdiri dari banyak kamar, seperti panggung pertemuan, zam zam air, mustoko, air suci, Watu memeriksa, pelungguhan / paseban, surga, Grojogan Sewu, penguripan air, gamelan, Howling batu, lumbung, bangunan sekakap, pengadilan, tahap , lawa gua dan watu gantung.

Selasa, 24 Mei 2016

Museum anak kolong tangga

http://liburanjogja.co.id/wp-content/uploads/2014/06/Kolongtangga.jpg
Museum Anak Kolong Tangga merupakan museum yang terletak di gedung Taman Budaya Yogyakarta lantai 2, tepatnya di jalan Sriwedari no. 1 , Yogyakarta. Museum ini masih satu kompleks dengan Taman Pintar Yogyakarta dan shopping center [1].
Museum Anak Kolong Tangga adalah museum mainan anak pertama di Indonesia. Museum ini didirikan oleh Rudi Corens, seniman berkebangsaan Belgia, di bantu oleh teman-temannya antara lain Diyan Anggraeni(Dinas Kebudayaan) dan Anggi Minarni(Karta Pustaka). Dibuka untuk umum pada tanggal 2 Pebruari 2008. Museum ini didirikan berawal dari satu kekhawatiran Rudi Corens terhadap anak-anak dan remaja yang cenderung melupakan budaya dan tradisi mereka sendiri di era globalisasi ini. Anak-anak sekarang lebih memilih untuk menghabiskan waktu untuk menonton televisi atau bermain gadget elektronik.
Museum Anak Kolong Tangga ingin mengangkat dan memperkenalkan fungsi dari mainan dan permainan tradisional sebagai bagian dari kehidupan anak sehari-hari. Kami percaya pada nilai-nilai sosial dan lingkungan dalam mainan dan permainan tradisional, dari mulai penggunaan bahan, proses pembuatan hingga bagaimana cara memainkan mainan tersebut. Berangkat dari hal penting tersebut, kami mencoba untuk menarik minat dan kecintaan cinta anak-anak, remaja, dan orang dewasa untuk terhadap mainan dan permainan tradisional.
Museum Anak Kolong Tangga ini dirancang untuk menjadi area publik, ruang tamu umum yang tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan dan menampilkan benda-benda antik semata, tetapi juga sebagai media pembelajaran bagi anak-anak agar lebih mengerti tentang budaya Indonesia sendiri. Diharapkan juga akan sumber inspirasi bagi kreativitas anak-anak dengan melakukan kegiatan seperti workshop kreatifitas, konser musik, dan pameran tahunan sehingga anak-anak bisa merasa dekat dengan museum mereka.
Koleksi Museum Anak Kolong tidak semata tentang mainan dan permainan tradisional, tetapi juga segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia anak. Saat ini Museum Anak Kolong Tangga memiliki hampir 9.000 koleksi, terdiri dari mainan, permainan, buku cerita, poster, gambar, dan lain-lain dari Indonesia dan dunia. Karena keterbatasan ruang, kami hanya bisa menampilkan 300-500 saja dan sisanya disimpan di gudang sekretariat kami.
Hampir 80% dari koleksi museum, merupakan sumbangkan Pak Rudi Corens untuk Yayasan Dunia Damai. Sisanya, berupa sumbangan dari para donatur dan sponsor untuk memperkaya koleksi kami. Selain itu kami juga melakukan pertukaran koleksi dengan museum anak-anak lain, salah satunya Hungaria.
Museum Anak Kolong Tangga buka dari Selasa-Jumat dan pada 09.00-16.00. Pada hari Senin, museum ditutup untuk perawatan.
Koleksi mainan di museum anak kolong tangga ini bukan mainan modern hasil pabrikan, tetapi mainan anak tradisional asli buatan tangan yang mengandung usur budaya, tradisi, dan mitos pada jamannya, seperti kuda- kudaan kayu, mainan motor dari kayu, miniatur rumah- rumahan mainan, gasing dari dalam dan luar negeri, mainan yang terbuat dari kertas dan masih banyak yang lainnya, yang pastinya bisa membuat anak anda senang dan mendapatkan banyak pelajaran. Sedangkan untuk koleksi dari lima benua terdiri dari berbagai poster, komik dan berbagai macam foto tentang dunia anak [2].

gambar diambil dari :  

Museum kraton

Museum Kraton
Alamat : Kraton Yogyakarta, Kota Yogyakarta

Deskripsi :
Kraton Yogyakarta memiliki beberapa museum yang dikenal sebagai Museum Kraton Jogja. Terletak di dalam kompleks Kraton, digunakan sebagai tempat untuk menyimpan beberapa benda yang pernah digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono. Pada sisi barat Kraton, di jalan Rotowijayan, ada Royal Carriage Museum yang dibangun di atas tanah 14.000 m2, dengan arsitektur Jawa.

Senin, 23 Mei 2016

Pantai Sundak

Desa Ngestirejo, Tanjungsari, Gunung KidulDescription: Dahulu bernama Wedibedah pantai (pasir split) yang kemudian berubah nama menjadi Sundak berasal dari legenda rakyat diwariskan dari generasi ke generasi. Cerita ini mengisahkan pertarungan sengit antara populasi anjing dengan landak di bibir pantai sampai pintu masuk ke gua, yang dimenangkan oleh anjing. anjing keluar dari gua, menggigit landak dengan basah kuyup karena gua banjir. gua sekarang disebut gua Sundak. Air di gua adalah berkah bagi penduduk karena pengalaman mereka sebelumnya kekeringan dan kesulitan dalam mencari air tawar. Pemandangan menarik di pantai, telah berkembang dengan bukti yang bisa dilacak secara geologis .Saat di sisi barat pantai terdapat sebuah masjid dan ruang kosong yang digunakan sebagai tempat parkir, sementara timur ada formasi gua batu dengan ketinggian 12 m yang ada sumur air tawar yang digunakan oleh warga. Pada tahun 1930 daerah itu masih di atas lautan yang kemudian menyusut dan air menjorok ke laut karena proses geologi. Air yang mengalir ke laut selama musim hujan, membelah dataran pesisir timur membentuk sungai. Tapi pada saat musim kemarau, menghilang bersama dengan bagian dari air laut membawa pasir. Wedibedah (pasir split) ini adalah asal nama pantai ini karena fenomena alam. Pada tahun 1976 pantai kemudian berganti nama setelah perkelahian insiden antara anjing (asu) dan landak .Untuk tempat tinggal, di pantai ada beberapa pilihan, seperti mendirikan tenda, dan tidur di bangku warung yang tidak terpakai di malam hari. Meskipun pada malam hari tidak ada cahaya, tetapi Anda dapat menikmati ikan bakar dengan teman - teman dengan membakar diri sendiri atau membeli yang sudah dimasak

Pantai Trisik

pantai trisik kulon progo Pantai dengan panorama alam yang sangat indah ini sangat cocok bagi Anda yang ingin melakukan perjalanan ke pantai alami. Isi liburan akhir pekan Anda dengan teman dan keluarga untuk datang ke Trisik ini. Kebohongan desa Banaran Trisik Kecamatan Lines di tenggara Kulon Progo dan sekitar 30 km dari kota Yogyakarta. Di sini Anda dapat menikmati matahari terbenam yang indah, memancing atau melihat aktivitas para nelayan yang akan melaut. Ikan hasil tangkapan dari nelayan akan dibawa ke tempat pelelangan ikan. Di sini Anda bisa mendapatkan ikan yang masih segar untuk dibawa pulang atau Anda juga dapat pesanan yang telah dimasak atau dibakar setelah digoreng. Tidak hanya itu di sini juga ada berbagai macam hidangan ikan Anda hanya memilih sesuai dengan keiginan Anda.

Gedung BI jogjakarta

Bangunan bangunan era Kolonialisme sangat banyak di Yogyakarta, tersebar dibeberapa wilayah. Beberapa diantaranya ada di sekitaran Kotabaru, dan juga kawasan titik nol kilometer. Di sekeliling Titik Nol kilometer senidiri yang masih sering kita lihat ada Gereja Margomulyo dutara Gedung Agung kemudian benteng Vredeburg dan disisi selatan ada Kantor Pos serta Bank Indonesia Yogyakarta.
Bank Indonesia Yogyakarta awal mulanya adalah sebuah kantor cabang De Javasche Bank Djogdjakarta. Keberadaan Kantor Cabang De Javasche Bank Yogyakarta ini merupakan usulan dari Firma Dorrepaal and Co Semarang. Dengan beberapa pertimbangan diantaranya dengan melihat Volume perdagangan di Yogyakarta yang semakin meningkat dan perputaran uang yang ada di Yogyakarta mencapai 2 hingga 3,5 juta gulden yang dilihat melalui Kantor Cabang De javasche Bank  Soerakarta serta nilai produksi gula yang mencapai kurang lebih 2.580 ton per tahun maka preseiden De Javasche Bank ke -7 yakni MR. N P Van den Berg beserta jajaran direksi menyetujui usulan tersebut. Dan pada tahun 1879 dibnagunlah sebuah bangunan sebagai Kantor Cabang De Javasche Bank di Yogyakarta dengan menempati area seluas 300 meter dan tanah yang dipergunakan  tanah berstatus eigendom atau bukan merupakan tanah milik Sultan Yogyakarta lagi melainkan milik De Javasche Bank sendiri.
bank IndonesiaRancangan  Bangunan Kantor Cabang De Javasche Bank ini dibuat oleh arsitek Hulswitt dan Cuypers dengan mengedepankan gaya eropa dengan kemegahan arsitekturalnya. Bangunan ini dibuat dalam 3 lantai yang masing masing lantai mempunyai fungsi yang berbeda beda. Untuk lantai bawah sebagai tempat penyimpanan  hal ini terlihat dengan adanya khazanah yang berfungsi sebagai penyimpanan uang. Untuk lantai satu dipergunakan sebagai ruangan utama serta kasir sedangkan lantai dua merupakan tempat tinggal bagi direksi dan keluarganya.
Bangunan ini fungsinya mengalami pasang surut seiring perkembangan yang ad a.bahkan pada masa penjajahan Jepang yakni pada tahun 1942 kegiatan operasional bank tersebut terhenti. Sehingga Nanpo Kaihatsu Ginko di fungsikan sebagai bank sirkulasi di Jawa. Setelah mengalami proses tersebut baik selama penjajahan jepang hingga agresi militer Belanda  di Yogyakarta akhirnya Kantor Cabang De Javasche Bank beroperasi  kembali pada 22 maret 1950 dan di nasionalisasikan  pada tahun 1953. Saat ini keberadaan gedung bekas de Javasce Bank tersebut dapat dinikmati publik yang penggunaannya diresmikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 17 Februari 2012 yang lalu. Untuk basement dipergunakan sebagai museum dan auditorium, lantai satu  untuk kegiatan pameran, konser pertunjukan kesenian dengan kapasitas 200 orang berdiri dan lantai 2 dipergunakan sebagai cyber library, pusat informasi dan juga cafe

http://yogyakarta.panduanwisata.id/wisata-sejarah-2/bank-indonesia-yogyakarta-sisa-bangunan-kolonialisme/

Gedung Kantor Pos Besar Yogyakarta

Kantor Pos besar Yogyakarta
Kantor Pos dibangun sejak pemerintahan Belanda sekitar tahun 1800-an. Semula bangunan ini bernama Post en telegraafkantoor. Sampai saat ini bangunan tersebut masih berfungsi sebagai kantor pos dengan nama Kantor Pos Besar Yogyakarta. 

Berada di sebelah selatan Benteng Vredeburg, menghadap ke utara, berdampingan dengan Kantor Bank Indonesia Jogjakarta. Bangunan-bangunan ini menjadi satu kompleks dengan bangunan peninggalan Belanda sebagai saksi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia di kota Yogyakarta.

Gedung Agung

gedung agung
Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 m dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43.585 .

Gedung utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A. Payen.
Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara.
Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi di mana Gubernur menjadi penguasa tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.

Masa Ibukota Republik
Pada 6 Januari 1946, "Kota Gudeg" ini menjadi ibu kota baru Republik Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan, tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan angkatan perang Republik Indonesia pada 3 Juli 1947.

 Agresi Militer Belanda II
Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta diserang oleh tentara Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor, Presiden, Wakil Presiden dan para pembesar lainnya diasingkan ke luar Jawa dan baru kembali ke Istana Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Sejak 28 Desember 1949, yaitu dengan berpindahnya Presiden ke Jakarta, istana ini tidak lagi menjadi tempat tinggal sehari-hari Presiden.
  
Kantor & kediaman resmi Presiden
Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.

 Kompleks bangunan
Istana Yogyakarta terdiri atas enam bangunan utama yaitu Gedung Agung (gedung utama), Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu dan Wisma Saptapratala. Gedung utama yang selesai dibangun pada 1869 sampai sekarang bentuknya tidak mengalami perubahan. Ruangan utama yang disebut dengan Ruang Garuda berfungsi sebagai ruangan resmi untuk menyambut tamu negara atau tamu agung yang lain. Selain wisma-wisma tersebut sejak 20 September 1995 komplek Seni Sono seluas 5.600 meter persegi, yang terletak di sebelah selatan, yang semula milik Departemen Penerangan, menjadi bagian Istana Kepresidenan ini.



Ngejaman

ngejaman
Pergi mengunjungi Yogyakarta adalah hal yang sangat menyenangkan, banyak tempat bersejarah yang memiliki nilai penting di setiap sudut kotanya. Salah satu tempat yang sangat terkenal adalah Tugu Jogja, saya yakin bahwa setiap orang mengetahui tugu tersebut. Bagaimana dengan tugu-tugu lainya? Tahukah anda bahwa selain Tugu Jogja masih ada tugu lain di Yogyakarta yang sama-sama memiliki sejarah panjang sejak berdirinya?
 Ngejaman menjadi bagian dari bangunan tua bersejarah. Ia ikut menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kota Yogyakarta dan termasuk juga sebagai sejarah penting Republik Indonesia. Tugu ini dibangun pada tahun 1916 sebagai persembahan masyarakat Belanda kepada pemerintahnya untuk memperingati satu abad kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang sempat berkuasa di Jawa, pada awal abad 19 (sumber : gudeg.net). Area di seputar Ngejaman ini dahulu kala bernama Jalan Margomulyo, maka dari itu terdapat pula gereja tua yang memakai nama jalan tersebut. Fungsi Ngejaman Malioboro saat itu sebagai simbol petunjuk waktu dimana pada jaman dahulu kala jam atau arloji masih merupakan barang langka. Ketika itu memiliki jam arloji bukan semata-mata menjadi penunjuk waktu saja, tetapi juga sebagai simbol-simbol gengsi sosial. Artinya, orang yang memiliki benda-benda demikian akan merasa atau dianggap memiliki kedudukan atau gengsi sosial lebih dibandingkan dengan orang lain. Lebih-lebih jika jam yang dimilikinya memiliki merek tertentu, yang dianggap hebat pada zamannya.

https://eksotikjogja.wordpress.com/2015/06/12/ngejaman-saksi-waktu-yang-berlalu/

Kebudayaan

Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu Indonesia
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio, dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya, dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu, dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, sedangkan kunjungan ke museum mencapai 6,24%.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

Geografis

DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ea/Blethrow_merapi1.jpgSatuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut, dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai objek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus, dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping, dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal, dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam, dan potensi air tanah kecil.
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana, dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antarwilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju, dan berkembang.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat, dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.

Sejarah singkat Yogyakarta

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Zelfbestuurlandschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan, dan Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang terakhir Kasultanan tercantum dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat pengakuan dari dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, maupun Jepang. Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut telah siap menjadi sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem pemerintahannya (susunan asli), wilayah, dan penduduknya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta, dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah, dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
  1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
  2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (dibuat secara terpisah).
  3. Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah, dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana dinyatakan terakhir dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DIY mempunyai peranan yang penting. Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949[7] pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia. Tanggal 4 Januari inilah yang kemudian ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun 2010. Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku Alam X yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur, dan Wakil Gubernur DIY. Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya, dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2[5].
Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menimbulkan penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah Istimewa Yogyakarta sering dihubungkan dengan Kota Yogyakarta sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walau secara geografis merupakan daerah setingkat provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional, dan internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami beberapa bencana alam besar termasuk bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006, erupsi Gunung Merapi selama Oktober-November 2010, serta erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014.

https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

Minggu, 22 Mei 2016

Kraton jogja

Kraton Ngayogyakarta. Dibangun pada tahun 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I. Kraton Ngayogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sultan. Meskipun Kesultanan Ngayogyakarta telah resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia pada tahun 1950, tetapi masih digunakan sebagai kediaman resmi Kraton Ngayogyakarta dari Sultan dan keluarga yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Bagian dari bangunan Kraton, saat ini menjabat sebagai museum untuk menyimpan koleksi benda Kesultanan, replika warisan, kereta kuda, benda-benda hadiah dari raja-raja Eropa, gamelan dan banyak benda bersejarah lainnya yang tersimpan di museum ini.Secara fisik, Kraton Ngayogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (North Kamandhungan), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Selatan Kamandhungan), dan Siti Hinggil Kidul (Selatan Hall) [4 ] [5]. Selain itu, Kraton Ngayogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Sultan kraton Ngayogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa nilai-nilai filosofi serta mitologi mengelilingi Kraton Ngayogyakarta.

http://jogja-memang-istimewa.blogspot.co.id/search/label/Kraton 

Tugu Djogdja

Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jalan Margo Utomo, tugu ini, dan Jalan A.M. Sangadji akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi.
sumber dari :